Selama ini, indikasi obat menjadi salah satu informasi yang kerap dicari dan dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan obat untuk pasien. Padahal, dari aspek patient safety/ keamanan pasien, informasi kontraindikasi juga sangat penting untuk diketahui dan dijadikan bahan pertimbangan klinis. Di era digitalisasi kesehatan, informasi kontraindikasi obat juga perlu untuk dicantumkan dalam sistem rekam medis elektronik (RME). Dengan begitu, tenaga medis dapat mengurangi risiko medication error akibat penggunaan obat yang tidak sesuai dengan kondisi pasien. Artikel ini akan mengupas pentingnya menambahkan informasi kontraindikasi obat ke dalam RME guna mencegah bahaya yang tidak diinginkan bagi pasien.
Pengertian dan Contoh Kontraindikasi Obat
Kontraindikasi obat adalah kondisi khusus yang menyebabkan seseorang tidak diperbolehkan menerima pengobatan atau prosedur tertentu karena risiko berbahaya. Setiap obat memiliki kontraindikasi untuk digunakan pada kondisi tertentu.
Sebagai contoh, Captopril dapat menyebabkan cedera/ kematian janin di kandungan sehingga dikontraindikasikan untuk digunakan oleh ibu hamil. Pemberian obat yang dikontraindikasikan pada pasien tertentu harus dihindari, atau bila sangat diperlukan, dilakukan dibawah penanganan khusus.
Faktor Pemicu Kontraindikasi Obat pada Pasien
Berikut ini adalah beberapa kondisi pasien yang dapat menjadi kontraindikasi dalam penggunaan obat:
- Usia Pasien
Bagi pasien dengan usia dibawah 12 tahun ataupun pasien lansia berusia lebih dari 65 tahun, terdapat beberapa obat yang dikontraindikasikan untuk dikonsumsi karena beresiko menimbulkan efek merugikan yang berbahaya. Terlebih bagi lansia yang lebih rentan terhadap efek samping obat dikarenakan perubahan fisiologis terkait usia. Atau bagi bayi yang organ tubuhnya belum berkembang atau berfungsi dengan optimal. - Penyakit Tertentu Pada Pasien
Adanya kondisi medis tertentu pada pasien, menimbulkan adanya keterbatasan dalam penggunaan obat. Sehingga perlu dicek terlebih dahulu manfaat dari obat yang diberikan apakah lebih besar daripada risiko yang didapatkan. Contoh penyakit yang berpotensi tinggi kontraindikasi obat adalah pasien dengan kondisi kerusakan fungsi hati dan ginjal. - Reaksi Hipersensitivitas (Alergi Obat)
Pasien yang memiliki respons sistem imun yang berlebih terhadap suatu obat atau hipersensitif dapat mengalami risiko efek merugikan yang lebih besar. - Interaksi Obat
Interaksi obat mencakup interaksi membahayakan dengan senyawa kimia atau obat lain, herbal, makanan, minuman, dan alkohol yang dapat saling berinteraksi dan menyebabkan beberapa efek merugikan seperti peningkatan efek samping atau penurunan efek terapi obat. - Kondisi Hamil dan Menyusui
Ketika kondisi hamil di mana ada janin yang sedang berkembang di dalam rahim dan kondisi menyusui dimana apa yang dikonsumsi ibu dapat diterima secara tidak langsung oleh bayi, membuat tidak semua obat aman untuk dikonsumsi. Beberapa obat yang secara tidak langsung masuk ke tubuh janin atau bayi lewat plasenta ataupun lewat ASI dapat menyebabkan efek yang merugikan.
Jenis - Jenis Kontraindikasi Obat
Terdapat dua jenis kontraindikasi utama yang perlu diketahui: kontraindikasi absolut dan kontraindikasi relatif. Memahami perbedaan antara keduanya sangat penting bagi tenaga kesehatan dalam menentukan pengobatan yang aman bagi pasien, guna meminimalkan risiko komplikasi serius.
Kontraindikasi Absolut yaitu penggunaan obat pada kondisi tertentu yang sama sekali tidak diperbolehkan karena efek samping yang berbahaya atau fatal.
Kontraindikasi Relatif ialah penggunaan obat pada kondisi tersebut sama diperbolehkan hanya jika manfaatnya lebih besar dari resikonya dan perlu pengawasan ketat untuk memantau risiko yang tidak diinginkan.
Peran Rekam Medis Elektronik dalam Mencegah Kontraindikasi Obat
Rekam medis elektronik (RME) berperan penting dalam mengidentifikasi dan mencegah kontraindikasi obat secara lebih efisien. Dengan adanya RME, tenaga kesehatan memiliki akses langsung ke riwayat kesehatan lengkap pasien, termasuk kondisi medis yang mendasari, alergi, serta pengobatan yang sedang dijalani. Data ini memungkinkan dokter untuk melihat potensi kontraindikasi obat sejak awal, sehingga mereka dapat menghindari resep yang berisiko bagi pasien. Sistem ini juga memungkinkan pelacakan riwayat interaksi obat yang pernah terjadi pada pasien, sehingga keputusan pengobatan dapat diambil dengan lebih aman dan tepat.
Selain itu, RME yang terintegrasi dengan sistem informasi obat, seperti RxPERT, menawarkan fitur tambahan seperti checker alergi dan deteksi otomatis kontraindikasi obat. Fitur ini membantu mengidentifikasi interaksi yang berbahaya atau kondisi yang dapat memicu kontraindikasi, bahkan sebelum obat diresepkan. Dengan data yang terus diperbarui dan informasi yang komprehensif, sistem ini secara otomatis mengingatkan tenaga kesehatan jika ada potensi risiko, sehingga pengobatan dapat disesuaikan untuk meminimalkan efek samping dan komplikasi serius pada pasien.
Berikut ini adalah contoh penerapan sistem informasi obat pada rekam medis elektronik.
Pada contoh diatas ketika di cek menggunakan RxPERT, obat Omevell menunjukan beberapa kontraindikasi terhadap interaksi obat juga hipersensitivitas. Sehingga obat ini perlu dihindari dari penggunaannya pada kondisi pasien tersebut.
Kontraindikasi ini dapat dihindari dengan mengecek terlebih dahulu obat-obatan sebelum diberikan kepada pasien, salah satunya menggunakan RxPERT. Sebagai solusi utama dalam memberikan informasi obat, RxPERT hadir dengan berbagai keunggulan dan layanan yang dapat membantu rekan tenaga kesehatan lebih bijak dalam membuat keputusan klinis.
RxPERT tidak hanya dilengkapi dengan informasi kontraindikasi obat, namun juga interaksi obat, informasi obat BPJS, alergi obat dan tentunya sudah terintegrasi dengan KFA (Kamus Farmasi dan Alat Kesehatan).
Tertarik mencobanya? Dapatkan Free Trial dengan klik button di bawah!
Sumber:
Agar Tidak Salah Pakai, Ketahui 10 Istilah Farmasi pada Kemasan. (2024). Dilansir dari https://rshaji-jakarta.com/artikel-detail/559c000d1c371ded4eac-agar-tidak-salah-pakai-ketahui-10-istilah-farmasi-pada-kemasan-obat
Tim Dosen Farmakologi. Dilansir dari halaman https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/8._Efek_Obat_yg_Ditimbulkan.pptx
https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-terms/def/contraindication